Rabu, 08 Desember 2010

Pedosfer


Pengertian Tanah

Pengertian tanah menurut Sitanala Arsyad (1989) adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat serta perilaku yang dinamis. Tanah berasal dari hasil pelapukan bahan anorganik (batuan) dan bahan organik (sisa tumbuhan dan binatang). Pelapukan itu terjadi karena panas matahari, hujan, dan angin. Selain itu pelapukan juga dapat terjadi karena melebumya batu-batuan oleh panas yang terjadi di dalam litosfer.

Proses Pembentukan Tanah

T = f (i, o, b, t, w)

Keterangan:
T = tanah
f = faktor
i = iklim
o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu

Ciri-Ciri Tanah

a.     Sifat Fisika Tanah
1)    Tekstur Tanah
2)    Struktur Tanah
3)    Konsistensi Tanah
4)    Lengas Tanah
5)    Udara Tanah
6)    Warna Tanah
7)    Suhu Tanah
8)    Permeabilitas Tanah
9)    Porositas
10)    Drainase Tanah
b.     Sifat Kimia Tanah
1)    Kandungan bahan organik
2)    derajat keasaman atau pH tanah
3)    KTK
c.     Sifat Biologi Tanah

d.     Profil Tanah
1)    Lapisan tanah Humus atau Horiszon O
Horizon ini dapat ditemukan pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu. Horizon O merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral.
2)    Lapisan Tanah Atas atau Horizon A
Lapisan ini merupakan lapisan tanah teratas. Pada umumnya mengandung bahan organik, karena merupakan tanah yang muda (baru terbentuk), sehingga masih banyak dipengaruhi oleh kondisi di atas permukaan tanah. Lapisan ini ditandai dengan adanya zona perakaran dan kegiatan jasad hidup tanah.
3)    Lapisan Tanah Bawah atau Horizon B
Lapisan ini juga mengandung bahan organik, tetapi kurang dibandingkan dengan lapisan tanah atas. Lapisan ini merupakan zona pengendapan partikel tanah yang tercuci dari horizon A.
4)    Regolith/Bahan Induk
Pada lapisan ini terdiri atas tanah yang sudah terbentuk, tetapi masih menunjukkan ciri-ciri  struktur batuan induk.
5)    Bedrock/Batuan Induk
Lapisan ini merupakan lapisan batuan induk yang masih padu.

Perkembangan Tanah
Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.
Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.
Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1 A2, A3, B,, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolikdan latosol tua (laterit).


Jenis-Jenis Tanah

a.     Tanah Organosol atau Tanah Gambut
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
b.     Tanah Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai.
c.     Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
d.     Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
e.     Tanah Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
f.     Tanah Grumusol
Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
g.     Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
h.     Tanah Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah.

i.     Tanah Andosol
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.
j.     Tanah Mediteran Merah Kuning
Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.
k.     Hidromorf Kelabu
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan.

Kerusakan Tanah

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama selain air yang dapat diperbarui. Akan tetapi, tanah sangat mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Sifat tanah yang dinamis selalu mengalami perubahan-perubahan, baik segi fisik, kimia, maupun biologinya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi terutama karena pengaruh berbagai unsur iklim. Namun, ada pula perubahan tanah yang terjadi karena tindakan manusia.
Kerusakan tubuh tanah akibat berlangsungnya perubahan-perubahan yang berlebihan hingga melenyapkan lapisan tertentu dikenal dengan istilah erosi.
Selain erosi, kerusakan tanah antara lain meliputi berikut ini:
1)    Hilangnya unsur hara dan bahan organik di daerah perakaran.
2)    Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinasa).
3)    Terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang menjadi racun bagi tanaman.
4)    Penjenuhan tanah oleh air (water logging).
Hilangnya satu atau beberapa unsur hara di daerah perakaran secara berlebiharn menyebabkan menurunya tin&at,kesuburan tanah. Tanah ridak mampu lagi menyebabkan unsur hara yang cukup dan seitnbang guna mendukung pertumbuhan tanaman. Deh karena itu, produktivitas tanah menjadi rendah.
Kerusakan tanah seperti tersebut terjadi karena adanya pcrombakln ba}han organik, pelapukan mineral, dan pencucian unsur hara yang berlangsung sangat cepat. Hilangnya unsur hara antara lain karena terangkut ke luar pada saat panen tanpa ada usaha untuk mengembalikannya.

Erosi Tanah

Erosi tanah adalah proses pengikisan lapisan tanah oleh tenaga air. Erosi dapat terjadi di mana saja, terutama di daerah yang tidak memiliki vegetasi sebagai penutup lahan. Terjadinya erosi mengakibatkan hilangnya lapisan tanah paling atas yang banyak mengandung unsur hara organik dan mineral, tetapi
sangat tipis. Terjadinya erosi diawali dengan pemecahan bongkah-bongkah batuan menjadi butiran¬butiran yang lebih kecil oleh tenaga pengangkut, kemudian pemindahan butir-butir batuan tersebut, dan akhirnya pengendapan butir-butir batuan ke tempat-tempat yang lebih rendah. Erosi tanah oleh tenaga air terdiri atas empat jenis, yaitu erosi percik, erosi lembar, erosi alur, dan erosi parit.
a.    Erosi Percik (Splash Erosion)
Erosi percik adalah proses pengikisan tanah yang terjadi akibat adanya percikan air hujan. Percikan tersebut menyebabkan partikel-partikel tanah menjadi hancur dan kemudian diendapkan di tempat lain.
b.    Erosi Lembar (Sheet Erosion)
Erosi lembar adalah proses pengikisan lapisan tanah paling atas dan tipis sehingga ketebalan tanahnya berkurang. Ciri erosi lembar antara lain sebagai berikut.
1)    Air yang mengalir di permukaan tanah berwarna keruh (kuning kecokelatan) karena banyak mengandung partikel tanah.
2)    Warna tanah di sekitar wilayah tersebut menjadi lebih pucat (terang).
3)    Terdapat bercak-bercak di permukaan tanah.
4)    Kesuburan tanah berkurang karena banyak unsur hara yang hilang.
c.    Erosi Alur (Rill Erosion)
Jika proses erosi lembar terus berlangsung, pengikisan tanah pada saat air mengalir mengakibatkan terjadinya alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng daerah tersebut. Ciri-ciri terjadinya erosi alur antara lain pengikisan membentuk alur-alur yang amat jelas dengan bentuk yang relatif lurus di daerah¬daerah berlereng dan berkelok.
d.    Erosi Parit (Gully Erosion)
Proses erosi parit sama dengan erosi alur, namun saluran-saluran yang terbenruk pada erosi parit lebih dalam. Erosi parit umumnya terjadi di daerah-daerah berlereng terjal. Ciri-ciri erosi parit antara lain lereng-lereng yang tererosi membentuk parit-parit yang dalam dengan penampang seperti huruf V atau U.
Salah satu fungsi utama hujan adalah merangsang jatuhnya titik-titik air yang dikandung oleh awan dengan udara dingin yang dimilikinya. Hujan yang turun tersebut ditahan oleh lapisan tajuk, kemudian air diserap oleh pohon, serta aliran permukaan dihambat oleh serasah dan akar pohon. Akan tetapi, jika hujan jatuh di daerah yang tidak memiliki vegetasi penutup lahan, hanya sedikit air yang dapat diserap tanah. Selebihnya, air akan mengangkut segala materi di atas tanah sehingga dapat terjadi erosi berat. Materi-materi yang terbawa aliran air akhirnya mencapai sungai dalam bentuk lumpur. Oleh karena terjadi sedimentasi, permukaan air naik dan mengakibatkan banjir di bagian hilir.
Erosi tanah tidak hanya disebabkan oleh tanah yang tidak memiliki vegetasi penutup lahan, tetapi juga dapat disebabkan oleh pengelolaan lahan yang kurang bijaksana. Contohnya adalah pada lahan di daerah-daerah bekas pertambangan dan penggarapan lahan miring (lereng).
 
Upaya Penanggulangan Kerusakan Tanah
a.     Mengendalikan Erosi
b.     Mengawetkan Tanah
Cara pengawetan tanah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu dengan metode vegetatif /Biologis, metode mekanik dan metode kimia
1)    Metode Vegetatif :
a.    Penanaman tanaman secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran (strip cropping).
b.    Penanaman tanaman secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip cropping). Cara penanaman ini bertujuan untuk mengurangi atau menahan kecepatan aliran air dan menahan partikel-partikel tanah yang terangkut aliran air.
c.    Penutupan lahan yang memiliki lereng curam dengan tanaman keras (buffering).
d.    Penanaman tanaman secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan angin (wind breaks).
2)    Metode mekanik :
a.    Pengolahan lahan sejajar garis kontur (contour tillage). Pengolahan lahan dengan cara ini bertujuan untuk membuat pola rongga-rongga tanah sejajar kontur dan membentuk igirigir kecil yang dapat memperlambat aliran air dan memperbesar infiltrasi air.
b.    Penterasan lahan miring (terracering). Penterasan bertujuan untuk mengurangi panjang lereng dan memperkecil kemiringan lereng sehingga dapat memperlambat aliran air.
c.    Pembuatan pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur. Pembuatan pematang bertujuan untuk menahan aliran air.
d.    Pembuatan cekdam. Pembuatan cekdam bertujuan untuk membendung aliran air yang melewati paritparit sehingga material tanah hasil erosi yang terangkut aliran tertahan dan terendapkan. Adanya cekdam maka parit-parit erosi lama-kelamaan mengalami pendangkalan, erosi tanah dapat dikendalikan, lapisan tanah menebal, dan produktivitas tanah meningkat.
3)    Metode Kimia
dilakukan dengan menggunakan media bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah) dengan menggunakan preparat kimia sintetis atau alami. Preparat ini disebut Soil Conditioner atau pemantap struktur tanah. Sesuai dengan namanya Soil Conditioner ini digunakan untuk membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi stabil. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini antara lain bitumen dan krilium.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Belajar Geografi ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO