Jumat, 08 September 2023

KERAGAMAN HAYATI #3

C. Sebaran Flora dan Fauna di Indonesia. 


Apakah kalian pernah mendengar atau membaca istilah Garis Weber dan Garis Wallace? Kedua garis itu sangat penting untuk memahami karakteristik flora dan fauna di Indonesia (Kusmana & Hikmat, 2015). Garis Wallace dibuat oleh Alfred Russel Wallace, seorang pelukis dan geografi dari Inggris yang melakukan penelitian dan membuat perbedaan jenis fauna antara asiatis dengan wilayah peralihan Indonesia tengah. Garis Wallace merupakan garis khayal yang memisahkan persebaran fauna Indonesia bagian barat atau asiatis dengan fauna Indonesia tengah atau peralihan. Garis Weber dibuat oleh Max Wilhelm Carl Weber, seorang profesor zoologi dari Belanda yang membuat garis pemisah fauna Australis. Garis Weber adalah garis khayal yang memisahkan persebaran fauna Indonesia tengah atau peralihan dengan fauna Indonesia Timur atau australis. 



1. Persebaran Flora Indonesia 


Sesuai dengan wilayah dan karakteristiknya, sebaran flora dapat dibedakan menjadi tiga kawasan utama. Ketiga Kawasan tersebut ialah: 

  1. Kawasan flora subregion Indonesia-Malaysia di bagian barat, 

  2. Kepulauan Wallacea (Sulawesi, Nusa Tenggara, Timor, dan Maluku) di bagian tengah, 

  3. Subregion Australia di bagian timur. 


Ketiga kawasan tumbuhan tersebut dapat terbagi menjadi empat wilayah, yaitu flora Sumatra-Kalimantan, flora Jawa-Bali, flora Kepulauan Wallacea, dan flora Papua. 



a. Flora Sumatra-Kalimantan 


Wilayah Sumatra dan Kalimantan sebagian besar bercorak hujan tropis. Wilayah di kedua pulau tersebut memiliki tingkat kelembaban udara dan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Rata-rata suhu udara tahunan senantiasa tinggi. Pada bulan terdingin suhu udara masih di atas 18° C. Oleh karena itu, tipe vegetasi yang mendominasi wilayah ini adalah hutan hujan tropis dengan tanaman heterogen dan tingkat kerapatan yang tinggi. Beberapa jenis flora khas daerah Sumatra dan Kalimantan adalah meranti, damar, dan berbagai jenis anggrek. Hutan tropis memiliki tingkat kelembaban sangat tinggi, banyak dijumpai jenis lumut, cendawan (jamur), dan paku-pakuan. Di wilayah pantai Kalimantan dan Sumatra umumnya ditemui areal hutan bakau (mangrove) yang menjadi vegetasi khas pantai tropis. 



b. Flora Jawa-Bali 


Wilayah Jawa dan Bali membentang dari barat ke timur di selatan equator. Wilayah Jawa-Bali tersebut memiliki curah hujan, suhu dan kelembaban yang bervariasi. Wilayah Jawa bagian barat memiliki curah hujan yang lebih basah daripada wilayah Jawa bagian timur. Karena itu wilayah Jawa bagian barat dominan beriklim hutan hujan tropis dan muson tropis. Semakin ke timur pulau Jawa, tipe iklimnya semakin kering, bahkan beberapa wilayah beriklim sabana tropis. 


Vegetasi alam atau tanaman Pulau Jawa dan Bali dapat dikelompokkan menjadi hutan hujan tropis, hutan muson tropis, sabana tropis, dan hutan bakau (Aziz et al, 2018; Leksono, 2010). Sebagian besar kawasan hutan hujan tropis tersebar di Jawa Barat, seperti di Ujung Kulon, Cibodas (Bogor), dan Pananjung (Pangandaran). 





Gambar 2.29. Bunga Rafflesia Arnoldi


Sumber: freepik.com/rahmadhimawan (2021) 



Gambar 2.30. Vegetasi di Daerah Jawa-Bali


Sumber: freepik.com/olegdoroshenko (2021) 


Adapun wilayah utara Pulau Jawa yang memanjang mulai dari Jawa Barat bagian utara, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur merupakan kawasan hutan muson tropis (hutan deciduous) yang meranggas atau menggugurkan daunnya pada periode musim kemarau panjang. Jenis flora khas hutan muson tropis antara lain pohon Jati yang merupakan pohon asli atau endemik di pulau Jawa. Jenis vegetasi yang mendominasi wilayah Jawa Timur bagian timur dan Pulau Bali adalah sabana tropis. Wilayah-wilayah pegunungan yang cukup tinggi di Jawa maupun Bali ditutupi jenis vegetasi pegunungan, seperti Pinus merkusii dan cemara. Sebagaimana wilayah-wilayah pantai tropis lainnya, daerah pantai pulau Jawa dan Bali umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan bakau.



Terapkan Konsep 



Selamat ya kalian telah belajar satu topik penting, yaitu keragaman hayati! Kini saatnya kalian belajar untuk menerapkan konsep-konsep yang terkandung di dalamnya. Untuk belajar penerapan konsep tersebut lakukan langkah-langkah berikut: 

  1. Carilah peta kabupaten/kota tempat tinggal kalian! 

  2. Carilah keanekaragaman flora dan fauna yang ada di kabupaten/kota tempat tinggal kalian! 

  3. Deskripsikan ciri-ciri flora dan fauna yang ada di kabupaten/kota tempat tinggal kalian! 

  4. Carilah informasi iklim, kelembaban udara, curah hujan, dan kondisi tanah di kabupaten/kota tempat kalian tinggal! 

  5. Bagaimana hubungan antara iklim, kelembaban udara, curah hujan, dan kondisi tanah tersebut dengan keanekaragaman flora dan fauna di wilayah kalian tinggal? 

  6. Bagaimanakah langkah pelestarian yang sesuai untuk kelestarian flora dan fauna di kabupaten/kota tempat tinggal kalian? 

  7. Jika sudah dapat menyelesaikan semua langkah tersebut, imajinasikan penerapan konsep-konsep yang lainnya!. 




c. Flora Kepulauan Wallacea 


Wilayah Kepulauan Wallacea meliputi pulau-pulau di wilayah Indonesia bagian tengah. Pulau-pulau di wilayah ini adalah pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Timor, dan Kepulauan Maluku (Huda et al., 2020). Wilayah-wilayah Indonesia bagian tengah tersebut memiliki sifat iklim yang lebih kering dengan kelembaban udara lebih rendah dibandingkan dengan wilayah Indonesia lainnya, kecuali di sekitar Kepulauan Maluku. Corak vegetasi yang tersebar di Kepulauan Wallacea antara lain: 

  1. vegetasi sabana dan stepa tropis di wilayah Nusa Tenggara; 

  2. vegetasi hutan pegunungan di sekitar Sulawesi; dan 

  3. vegetasi hutan campuran di wilayah Maluku dengan jenis rempah-rempah, seperti pala, cengkeh, kayu manis, kenari, kayu ebony, dan lontar. 



d. Flora Papua 


Sebagian besar kondisi iklim di wilayah Papua didominasi tipe iklim hujan tropis. Jenis vegetasi yang menutupi kawasan ini adalah hutan hujan tropis. Berbeda dengan wilayah Indonesia bagian barat, vegetasi Papua memiliki corak Australia Utara, dengan flora khas yaitu eucaliptus. Wilayah pegunungan Jayawijaya ditumbuhi oleh jenis vegetasi pegunungan tinggi, sedangkan di daerah pantai banyak dijumpai vegetasi bakau. 



2. Persebaran Fauna Indonesia 


Coba kalian perhatikan Gambar 2.31 tentang peta persebaran fauna di Indonesia. Masing-masing wilayah memiliki jenis fauna yang berbeda satu sama lain yang dibatasi oleh garis Wallace dan garis Weber. Pola persebaran fauna Indonesia tidak jauh berbeda dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu bagian barat, tengah, dan timur. Sebagian besar corak fauna bagian barat sama dengan corak fauna oriental, sedangkan bagian timur (Maluku dan Papua) sama dengan corak fauna Australia. Jenis fauna Indonesia bagian tengah sering disebut sebagai fauna khas Indonesia (fauna Kepulauan Wallacea). 



Gambar 2.31. Peta Persebaran Fauna di Indonesia 


a. Wilayah Fauna Indonesia Barat 


Wilayah fauna Indonesia bagian barat meliputi Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Region fauna ini disebut wilayah Fauna Dangkalan Sunda. Fauna wilayah Indonesia bagian barat antara lain: 1) mamalia terdiri atas gajah, badak bercula satu, tapir, rusa, banteng, kerbau, monyet, orang utan, macan, tikus, bajing, kijang, kelelawar, landak, babi hutan, kancil, dan kukang, 2) reptil terdiri atas buaya, kura-kura, kadal, ular, tokek, biawak, dan bunglon, 3) burung, terdiri atas burung hantu, elang, jalak, merak, kutilang, serta berbagai macam unggas, 4) berbagai macam serangga seperti belalang dan capung, dan 5) berbagai macam ikan air tawar dan pesut (lumba-lumba Sungai Mahakam). 


b. Wilayah Fauna Indonesia Tengah 


Wilayah fauna Indonesia Tengah juga disebut fauna Kepulauan Wallacea. Region ini meliputi pulau Sulawesi dan kepulauan di sekitarnya. Kepulauan Nusa Tenggara, pulau Timor, dan Kepulauan Maluku. Di Kawasan ini terdapat hewan khas yang hanya dapat dijumpai di Indonesia, yaitu anoa, babi rusa, dan biawak komodo. Fauna kepulauan Wallacea, antara lain sebagai berikut. 

  1. mamalia, terdiri atas anoa, babi rusa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, tarsius, monyet seba, kuda, dan sapi, 

  2. reptil, terdiri atas biawak, komodo, kura-kura, buaya, ular, dan soa-soa, 

  3. amfibi, terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air, dan 

  4. burung, terdiri atas burung dewata, maleo, mandar, raja udang, burung pemakan lebah, rangkong, kakatua, nuri, merpati, dan angsa. 


c. Wilayah Fauna Indonesia Timur 


Wilayah fauna Indonesia Timur disebut juga fauna Dangkalan Sahul. Fauna di wilayah ini menyebar di kepulauan Papua dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Karakteristik hewan di wilayah tersebut memiliki kesamaan dengan fauna negara bagian Australia sehingga wilayah ini disebut juga Zona Australis. Jenis-jenis hewan yang terdapat di wilayah dangkalan sahul yakni: 

  1. mamalia, terdiri atas kanguru, wallaby, nokdiak (landak Irian), opossum layang (pemanjat berkantung), kuskus (kanguru pohon), dan kelelawar, 

  2. reptil, meliputi buaya, biawak, ular, kadal, dan kura-kura, 

  3. amfibi, mencakup katak pohon, katak terbang, dan katak air, 

  4. burung, terdiri atas nuri, raja udang, cendrawasih, kasuari, kiwi dan namundur, 

  5. berbagai jenis ikan, dan 

  6. berbagai macam serangga/insecta. 


Burung cendrawasih (Paradisaeidae) adalah burung yang habitatnya tersebar di wilayah Indonesia Timur. Burung ini punya warna yang indah. Ada sekitar 42 jenis burung cendrawasih, dan 30 di antaranya berada di Indonesia. Jenis burung cendrawasih di Indonesia Timur antara lain cendrawasih bidadari Halmahera, cendrawasih gagak, cendrawasih astrapia arfak, dan cendrawasih paradigalla ekor panjang. 




Gambar 2.32. Burung Cendrawasih 


Sumber: flickr.com/ruf333 (2012)


Untuk menambah wawasan kalian tentang flora dan fauna di Indonesia, silahkan klik tautan disini.



3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sebaran Flora dan Fauna 


Berbagai jenis tumbuhan dan hewan tumbuh dan berkembang biak di permukaan Bumi dengan persyaratan hidup tertentu. Persyaratan hidup tersebut berkaitan dengan tipe iklim, tanah, dan unsur alam lainnya yang diperlukan oleh tumbuhan dan hewan tersebut (Suharini, 2014). Ada jenis flora yang hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dengan curah hujan dan sinar matahari yang intensif. Ada pula jenis flora yang dapat tumbuh dan berkembang di daerah dingin dan lembab. Kita tentu tidak pernah melihat pohon Meranti, Eboni dan Anggrek tumbuh di daerah dingin. Persebaran flora dan fauna memang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. 


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna di Indonesia. Faktor tersebut antara lain iklim (suhu, kelembaban udara, curah hujan), tanah, dan pengaruh aktivitas manusia, hewan serta tumbuh-tumbuhan (Rahmawati, 2018). Faktor topografi atau ketinggian juga memiliki pengaruh besar pada pola dan persebaran vegetasi di lereng gunung api. (Kayiranga, 2017)



a. Iklim 


Iklim menggambarkan keadaan rata-rata suhu udara, curah hujan, penyinaran matahari, kelembaban, dan tekanan udara dalam waktu yang lama di wilayah yang luas (Geologinesia, 2020). Unsur utama iklim yang berpengaruh terhadap tumbuhan adalah curah hujan, suhu udara, dan penyinaran matahari. Sebaran tipe iklim yang berbeda-beda di permukaan Bumi menyebabkan jenis tumbuhan dan hewan juga berbeda. 



Gambar 2.33. Perbedaan Vegetasi Berdasarkan Perbedaan Iklim


1) Suhu udara


Suhu udara menggambarkan panas dinginnya udara di atmosfer Bumi. Suhu udara dinyatakan dalam ukuran derajat celcius, fahrenheit, dan lainnya. Suhu udara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penyinaran matahari dan ketinggian tempat (Purwantara, 2015). Lamanya penyinaran matahari tergantung pada zona lintang wilayah tersebut. Daerah yang terletak pada lintang 90o di daerah khatulistiwa menerima sinar matahari lebih intensif daripada zona lainnya. 


Selain itu, suhu juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat suatu wilayah. Semakin tinggi suatu tempat semakin dingin suhu udaranya, dan sebaliknya semakin rendah suatu tempat suhu udaranya semakin panas. Setiap naik 100 meter suhu udara rata-rata turun sekitar 0,5oC. Contoh tanaman apel dapat  hidup subur di tempat bersuhu sejuk. Beberapa kecamatan di Kota Batu dan Kabupaten Malang memiliki ketinggian di atas 600 m dari permukaan laut. Tempat-tempat tersebut menjadi wilayah penghasil apel yang produktif. Sebagian besar penduduk di daerah tersebut bekerja sebagai petani apel.


 

Gambar 2.34. Persebaran Tumbuhan Berdasarkan Perbedaan Suhu Udara 



2) Kelembaban udara 


Kelembaban udara menunjukkan tingkat uap air yang terkandung dalam udara (Friadi & Junadhi, 2019). Kelembaban berpengaruh langsung terhadap kehidupan flora. Beberapa jenis flora membutuhkan kelembaban tertentu. Apabila dia tumbuh di luar kelembaban tersebut, tumbuhan tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik. Oleh sebab itu, jenis-jenis tumbuhan bisa dikategorikan berdasar tingkat kelembaban wilayah tumbuhnya. 


Setidaknya ada 4 jenis klasifikasi tumbuhan yang perlu diketahui, yakni xerophyta, mesophyta, hydrophyta, dan tropophyte. Xerophyta adalah tumbuhan yang tahan di lingkungan kering atau kelembaban udara sangat rendah, seperti kaktus. Di Indonesia, tanaman kaktus tumbuh di Kawasan Parangkusumo, Jawa Tengah. Kaktus tersebut ditemukan di zona gumuk pasir yang beriklim kering. Mesophyta adalah tumbuhan yang cocok hidup di lingkungan lembab tetapi tidak basah, contohnya anggrek dan cendawan. Hydrophyta adalah tumbuhan yang cocok hidup di kawasan basah, seperti teratai, eceng gondok, dan selada air. Tropophyta adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi di daerah yang memiliki musim hujan dan musim kemarau. Tropophyta merupakan flora khas wilayah iklim musim tropis (monsun tropis), contohnya pohon Jati dan Eucalyptus.



Gambar 2.35. Kaktus 


Sumber: flickr.com/gdschermer (2013) 



3) Curah Hujan 


Hujan merupakan fenomena alam berupa perubahan titik-titik air menjadi air yang jatuh dari atmosfer ke permukaan bumi. Air hujan sangat penting bagi pertumbuhan tumbuhan dan hewan. Apabila tidak ada air, maka tidak akan ada kehidupan (Purwanto & Muhammad, 2010). Pola air hujan dapat dilihat pada Gambar 2.36.



Gambar 2.36. Peta Pola Hujan di Indonesia 


Sumber: https://archysig.wordpress.com (2019)


Hujan menyebar tidak merata di permukaan Bumi. Ada wilayah-wilayah yang mendapatkan hujan dengan intensitas tinggi lebih dari 100 mm/hari, tetapi ada pula wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan rendah kurang 60 mm/hari. Diantara kedua wilayah tersebut ada daerah dengan curah hujan sedang, yaitu 60-100 mm/hari. 


Sebaran curah hujan yang tidak merata mengakibatkan tumbuhan yang berada di suatu daerah berbeda-beda. Pada dasarnya, wilayah dengan curah hujan tinggi memiliki keragaman tanaman lebih bervariasi dari pada wilayah yang bercurah hujan rendah. Misalnya di daerah gurun hanya sedikit tumbuhan yang dapat hidup, seperti kaktus dan semak berdaun keras. 


Di daerah tropis banyak terdapat hutan lebat, pohonnya tinggi-tinggi, dan daunnya selalu hijau. Tingkat curah hujan dapat membentuk karakter khas formasi vegetasi di muka bumi. Kekhasan vegetasi ini mengakibatkan ada hewan-hewan tertentu yang dapat hidup. Hal itu dapat terjadi karena banyak jenis hewan mengandalkan tumbuhan sebagai sumber makanan. Contoh hutan tropis dapat tumbuh di kawasan bercurah hujan 1000-2000 mm dan suhu udara 20-30 derajat celcius. Hutan tersebut menjadi habitat yang kaya akan flora dan fauna. Kondisi berbeda berlangsung di padang rumput stepa yang berkembang di wilayah dengan curah hujan 200-1000 mm dan suhu 20 sampai 10 derajat celcius. 



c. Topografi 


Ahli klimatologi bernama Jung Hun telah melakukan penelitian di Jawa menyimpulkan bahwa sebaran flora di daerah lereng gunung memiliki variasi yang beraneka ragam sesuai dengan perbedaan ketinggian wilayah. (national geographic, 2010). Fisiografi wilayah pegunungan berbentuk perisai (gunung api masif) merupakan contoh untuk menggambarkan pengaruh iklim mikro terhadap persebaran tumbuhan. Iklim mikro merupakan iklim di lapisan udara terdekat permukaan bumi dengan ketinggian + 2 meter (Indrawan, 2017). 


Unsur iklim mikro adalah suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin. Unsur-unsur tersebut berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Selain itu, ketinggian tempat (topografi) juga mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat semakin rendah suhu udaranya (udara makin dingin). Dan, sebaliknya semakin rendah daerah semakin tinggi suhu udaranya (udara semakin panas). Oleh karena itu ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap suhu udara suatu wilayah (Fajri, 2017). Pertumbuhan vegetasi pada ketinggian 2100 m dengan suhu 19oC lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tanaman di ketinggian 2109 m dengan suhu 18,54oC. Sedangkan pada ketinggian 4500 m dengan suhu 4oC justru pertumbuhan tanaman jauh berkurang (Kayiranga, 2017). 



d. Tanah


Tanah merupakan media hidup utama berbagai jenis flora di muka Bumi (Notohadiprawiro, 1998). Tanah banyak mengandung unsur kimia yang menentukan tingkat kesuburannya. Tanah memiliki struktur dan tekstur yang berpengaruh pada kesuburannya. Dalam tanah terdapat pori-pori untuk menyimpan udara dan air yang diperlukan bagi akar tanaman. Selain itu tanah juga memiliki suhu tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalamnya. 


Tanah juga memiliki komposisi yang menggambarkan kandungan bahan anorganik, organik, udara, dan air. Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan suatu tumbuhan. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu  wilayah. Contoh, di Jawa bagian selatan dan utara banyak tumbuh hutan jati, karena tanahnya mengandung kapur yang cocok untuk tanaman tersebut. Sementara di Jawa bagian tengah tumbuh berbagai jenis tanaman karena tanahnya subur, mengandung banyak unsur hara dan tersedia air. Sedangkan di wilayah Indonesia timur, seperti Wilayah Nusa Tenggara banyak dijumpai savana karena curah hujannya sedikit. 



Gambar 2.37. Peta Eksplorasi Tanah


Sumber: researchgate.net/(Adapted from Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Indonesia [Puslittanak, 2000)


e. Manusia, Hewan dan Tumbuh-Tumbuhan 


Selain faktor alam, faktor lain yang memengaruhi sebaran flora dan fauna ialah manusia, hewan dan tumbuhan. Manusia memiliki kemampuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat mengubah lingkungan dengan memindahkan tumbuhan dari satu tempat ke tempat yang lain (Siahaan, 2017). Contoh saat ini adalah mulai banyak pohon kurma yang berasal dari Wilayah Timur Tengah dipindahkan ke Indonesia. Terdapat banyak pohon pisang dari luar negeri yang dibudidayakan di Indonesia. 


Hewan juga memiliki kemampuan untuk menyebarkan tanaman dari satu tempat ke tempat lain. Beberapa jenis hewan memiliki perilaku memindahkan biji-bijian setelah dimakan dagingnya. Contoh: kalong mampu memindahkan biji durian, serangga mampu membantu penyerbukan, dan kelelawar, burung, serta tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. 


Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga memengaruhi kehidupan faunanya. Contoh bakteri saprofit membantu penghancuran sampah-sampah di tanah sehingga dapat menyuburkan tanah. Peningkatan kesuburan tanah tersebut akan memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan yang disebarkan oleh manusia atau hewan secara tidak sengaja. 





Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Belajar Geografi ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO