Selasa, 08 November 2016

Gas Air Mata


Sejarah 

Gas air mata pertama dimulai dari Paris, berupa semburan tepung untuk bubarkan aksi massa. Tetapi gas air mata modern jauh lebih dahsyat. Bagaimana cara mengakalinya?

RIBUAN buruh pabrik berkumpul di pusat kota Paris. Masih mengenakan over all dan topi pet. Seragam kerja. Tidak ada catatan resmi, berapa jumlah massa ataupun tuntutan apa yang diteriakkan. Yang jelas peristiwanya terjadi pada bulan Mei 1909. Hanya saja, saat itu di daratan Eropa sedang dimulai periode kebangkitan industri. Tenaga manusia mulai diganti mesin-mesin modern. Semakin lama gerombolan manusia makin bertambah banyak jumlahnya. Imbauan polisi agar massa membubarkan diri tidak diindahkan malah disambut teriak cemoohan. Bahkan beberapa di antaranya mulai melakukan perusakan.

Agar tak makin meluas, seorang opsir polisi menebarkan tepung terigu ke arah kerumunan massa. Kontan saja konsentrasi para pengunjuk rasa pecah. Serentak mereka berhamburan menghindar dari serbuan tepung agar mata tak tambah sepet, kelilipan dan bersin-bersin. Masing-masing sibuk mencari air, dan udara segar. Tak hirau lagi mereka akan tuntutan yang awalnya diteriakkan penuh semangat.

Di kemudian hari, akal-akalan kepolisian Paris akhirnya bocor juga ke pihak pengunjuk rasa. Para pengunjuk rasa, umumnya didominasi kaum buruh yang notabene adalah orang yang sebenarnya akrab dengan ‘debu’, rupanya merasa malu hati. Masakan hanya karena pada tepung saja, mereka kocar-kacir. Maka pada aksi selanjutnya selain berbekal makanan dalam kantung mereka juga membawa handuk kecil dan sebotol air dingin.

Ketahuan rahasianya, polisi Paris mencari bahan pengganti lain yang sulit ditanggulangi. Mereka mulai melirik bahan kimia yang konon dapat menimbulkan efek yang lebih dahsyat dari sekadar tepung terigu. Tidak diketahui dengan pasti, zat kimia apa yang pertama kali digunakan. Hanya saja bahan tersebut cukup ampuh untuk membubarkan kerusuhan atau pertempuran kecil.

Dalam waktu singkat formula tersebut digunakan tidak kurang dari tiga puluh kali oleh pusat pengendali huru-hara kota. Dan kadang pada setiap kesatuan, gas air matanya telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi jenis gas kebanggaan pasukan tersebut.

Pecahnya Perang Dunia I, sedikit banyak menyurutkan aksi kerusuhan massa. Demikian pula halnya dengan penggunaan gas air mata. Tetapi, selepas perang dan kondisi perekonomian membaik, kaum buruh pun aktif lagi. Termasuk juga kegiatan aksi demonstrasinya. Tentu saja penggunaan gas air mata pun dipakai lagi dan tetap diperlakukan sebagai sarana yang cukup ampuh untuk membubarkan massa. Rupanya, dalam perjalanan sejarahnya, perkembangan teknologi gas air mata jauh lebih pesat dibanding kualitas unjuk rasa kaum buruh. Maklum saja, keadaan perang telah memungkinkan diujicobakannya gas air mata tersebut. Maka, pada pertengahan tahun 20-an komponen utama gas air mata terbuat dari Chloroacetophenone yang disingkat menjadi CN.

Masa kejayaan CN tidak berlangsung lama. Pada tahun 1928 telah ditemukan formula lain yang dianggap jauh lebih dahsyat. Ortho-Chlorobenzylidene Malononitrile disingkat menjadi CS, seinisial dengan nama penemunya Corson dan Stoughton sangat populer di antara pusat pengendali huru-hara kota. Dan tahun 1959 penggunaan CN sepenuhnya diganti CS karena terbukti lebih potensial dan kandungan racunnya lebih sedikit.

Setelah diganti CS, penggunaan gas air mata dengan ketat diawasi pemerintah. Yang berhak menggunakan CS hanyalah kalangan militer dan satuan pengamanan resmi. Walaupun ide pertamanya berasal dari Prancis tetapi teknologi perkembangan gas air mata telah dikuasai sepenuhnya oleh Amerika Serikat. Karena dianggap terbukti ampuh membubarkan massa, Amerika pun memelopori pelatihan penggunaan gas air mata terhadap kalangan militer maupun sipil termasuk cara bertahan terhadap serangan gas air mata.

Bahkan pada Perang Vietnam, gas air mata tidak hanya digunakan untuk mebubarkan massa tetapi juga dimanfaatkan tentara Amerika untuk ‘mengejar buruan’ hingga ke lubang-lubang persembunyian tentara Viet Kong.

Gas air mata mengandung diantaranya nonivamide, bromocetone, phenacyl chloride dan synpropanethial oxide ( zat yang terkandung dalam bawang ).yang bisa menyebabkan iritasi pada mata dan mengangu sistem pernafasan.Kandungan gas air mata seperti nonivamide, bromocetone, phenacyl chloride dan synpropanethial oxide (zat yang terkandung dalam bawang) yang bisa menyebabkan iritasi pada mata dan mengangu sistem pernafasan.
Gas air mata dikemas sedemikian rupa hingga dapat dilepaskan melalui media yang sederhana seperti alat semprot biasa hingga melalui senjata berat. Ada pula yang dikemas menyerupai granat lempar.

Bagi yang belum pernah mengalami serangan gas air mata (mudah mudahan tidak pernah), agak sulit mengenalinya. Karena gas itu tidak berwarna. Tetapi kemampuan iritasinya sangat luar biasa. Sesaat setelah dilepaskan ke udara yang paling pertama merasakan akibatnya adalah hidung dan mulut. Panas serasa membakar wajah, disertai pula dengan cucuran lendir, air liur, dan bersin-bersin.

Sejurus kemudian terasa sesak napas, batuk kering dan mata pedih layaknya disemprot serbuk lada. Pada waktu yang lebih lama, akan timbul rasa terbakar dan gatal pada kulit disertai sensasi geli berkepanjangan.
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTy2seY-rBqDoHZZ2NpbJTyMwLTJzVrQQAAQpTj5BjcghAyh4UcYe59F7GnIg
static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/seorang-bocah-diberi-air-setelah-terkena-gas-air-mata-_120514145414-607.JPG
Lantas bagaimana langkah pertama menanggulangi akibat ‘serangan’ gas air mata?
Segeralah mencari udara segar dan hindari berada di lingkungan yang terkena gas air mata lebih lama. Secepatnya pula Anda membasuh mata dan mengompresnya dengan air dingin. 

Lakukan hal yang sama pada kulit dan sebaiknya disabuni terlebih dahulu. Bila kondisi tubuh amat prima, sensasi pada mata dan kulit akan mereda sekitar 15 hingga 30 menit kemudian.

Penanganan korban gas air mata:

  1. Di mata: bilas dengan air. Guyurkan air dari botol minum langsung ke mata, sampai rasa perih hilang. Jadi posko kesehatan perlu menyediakan banyak air minum dalam kemasan.
  2. Di tenggorokan: berkumur dengan air beberapa kali hingga rasa serbuk hilang.
  3. Mual / muntah: minum obat diare dari jenis adsorben, untuk menyerap racun tsb. Misal: Entrostop, New Diatabs
  4. Di saluran pernafasan: pemberian oksigen dengan oksigen kaleng (Oxycan) akan sangat membantu “membilas” dan “mengencerkan” kadar serbuk di dalam paru-paru.


Walaupun gas air mata dianggap tidak berbahaya, namun, efek yang ditimbulkan masih terus berbekas untuk waktu yang cukup lama, terutama pada saluran pernapasan, pencernaan, dan sistem peredaran darah. Selain itu, efek susulan yang akan timbul berupa rasa mual, mulas, dan diare. Dalam jangka waktu panjang saluran pencernaan menjadi amat rentan dan lebih sensitif.

Zat kimia yang terhirup akan masuk ke dalam sistem pernapasan dan akan memacu sistem peredaran darah serta menaikkan tekanan darah. Secara otomatis perubahan itu akan diikuti dengan meningkatnya denyut jantung. Tidak ada terapi ampuh untuk menyembuhkan akibat yang ditimbulkan semprotan gas air mata. 

Cara paling jitu adalah menghindarinya. Jika Anda tahu akan terkena serangan gas air mata, sebaiknya Anda mempersiapkan diri sebaik-baiknya, agar akibat dahsyatnya paling tidak bisa dikurangi.

Alternatif tindakan preventif lainnya menurut Dra. Karimah Muhammad, Apt. adalah :

  1. Menggunakan kaca mata jauh lebih baik untuk melindungi mata dari bahaya “gas air mata” ini, dibandingkan dengan mengoleskan odol di bawah kantong mata. Karena serbuk akan TERHALANG oleh lensa kaca mata untuk bisa menyentuh bola mata.
  2. Mengoleskan hand & body lotion di tangan juga membantu mencegah efek mengiritasi kulit (jika tidak mengenakan lengan panjang), dan mengurangi konsentrasi serbuk di udara
  3. mengoleskan SUNBLOCK (bukan sunscreen) di seluruh wajah dan tangan lebih baik untuk melindungi kulit dan mata. Kandungan titanium dioksidanya akan mencegah “gas air mata” menembus pori-pori kulit. Tentu masalah harga dan ketersediaan produk ini bisa membuat demonstran lebih memilih odol. Tapi bisa dijadikan alternatif untuk pengolesannya di titik2 kumpul, bukan masing2 demonstran membawa sendiri.
  4. Gel gigi (misal: Close Up) dengan KANDUNGAN AIR lebih banyak sebenarnya LEBIH BAIK dibandingkan pasta gigi (misal: Pepsodent). Ingat serbuk ini akan “mencari” air untuk berikatan.
  5. Untuk mencegah serbuk masuk ke dalam paru2, sebaiknya sunblock dioleskan di seluruh wajah, sehingga lebih banyak serbuk yang terikat. Untuk gel gigi atau pasta gigi PERLU JUGA dioleskan di atas bibir, untuk mencegah serbuk masuk ke hidung. Jadi bukan hanya dioleskan di bawah kelopak mata.


Seperti halnya kaum buruh di Paris, Anda sebaiknya senantiasa membawa bekal air dan handuk untuk menangkal serangan gas air mata. Anda juga dianjurkan mengenakan pakaian yang tertutup untuk mengurangi kemungkinan kulit bersentuhan secara langsung dengan butiran kristal gas air mata. Bila perlu Anda bisa memakai sarung tangan dan cadar, agar lebih aman lagi. Atau, Anda dapat pula mengenakan peralatan perlindungan ‘Teargas Mask’ yang didesain dengan penyaring udara sehingga Anda bisa bernapas lebih leluasa meski ada ‘serangan’ gas air mata.

Sumber :  
https://kimia01.wordpress.com/gas-air-mata/
GAS AIR MATA: ALL YOU WANT TO KNOW, Dra. Karimah Muhammad, Apt.

CPE Alumni ITB

Belajar Geografi ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO